myuffins

“ngapain masih di balkon?”

kata orang jam tiga dini hari saat yang tepat untuk jujur atas perasaan yang sedang dialami. secangkir kopi pahit juga asap rokok yang berbentuk seperti lukisan abstrak, dirasa cocok untuk menemani mereka yang masih terbangun. gemini sedikit terkejut, karena ini adalah fourth yang rupanya masih seperti anak bayi pengkonsumsi kukis milna rasa pisang. mungkin jika orang lain melihat tampilan pria yang disampingnya saat ini akan lebih terkejut, kaki yang yang dibawa naik keatas kursi dan tangan yang mengapit sebuah rokok yang tersedia di toko konvensional.

tapi bukankah normal orang-orang memiliki sisi yang berbeda saat ia berada di keramaian? dan sisi inilah yang menyelamatkan jiwa fourth untuk tetap hidup normal seperti orang kebanyakan. orang yang bisa kapan saja berpura-pura tertidur di busway pada jam sibuk kerja, yang bisa kapan saja berkeliling kota dengan hanya memakai sandal swallow dengan warna mencolok, dan yang bisa kapan saja menemui teman kencannya di aplikasi kencan kuning tanpa harus muncul di timeline keesokan harinya. dan gemini dengan secangkir obat kehidupan untuk tetap waras mengerjakan segala warisan dari ayahnya yang kalau boleh, tidak ia ambil. pada akhirnya mereka hidup di satu ruang yang sama selama satu tahun belakangan ini, menjadi pasangan gila yang memaksakan untuk menjadi normal dan waras.

“kamu juga... kok masih disini?” kan, gemini tidak bohong mengenai fourth yang seperti anak bayi. bagaimana bisa asap yang masih mengepul itu berasal dari pria yang memasang wajah gemasnya seperti saat ini?

gemini dengan cepat menaruh cangkir yang ia bawa di samping asbak milik fourth. ia sudah tidak peduli dengan serbuk-serbuk rokok yang mungkin akan masuk ke dalamnya.

“cari pasangan yang harusnya tidur di samping aku.”

gemini tidak suka tidur sendirian. kata ibunya jam tiga pagi adalah dimana waktu monster akan memakan anak yang tertidur sendirian dan masih terbangun di atas tempat tidur, cerita konyol, tetapi gemini percaya bahwa segala ucapan ibunya akan menjadi kenyataan.

“kamu lagi mikirin apa sih?”

fourth sangat benci pertanyaan itu karena ia harus mengutarakan seribu satu pikiran yang ada di dalam otaknya. tetapi itu jika bukan gemini yang bertanya. karena fourth tahu ia hanya perlu menjawab satu. dan itu sudah cukup.

“lagi mikir kenapa ya kita gak bisa milih satu capres dan cawapres, kenapa mereka harus kita pilih sepaket?”

gemini hanya menggeleng pelan, ia mengambil cangkir kopinya dan meminumnya. mengizinkan rasa pahit menjajah lidahnya. “kayak kita, mereka saling melengkapi biar gak ada yang cacat.”

“kalau misalnya yang satunya gak bisa melengkapi dan malah nambah kecacatan itu gimana?”

“pertanyaan kamu rumit. tapi siapa sih yang mau jadi wakil kalau dipilihnya satu-satu gitu? pasti kan semuanya mau jadi orang pertama. gak ada yang mau jadi yang kedua.”

“aku mau kok, jadi yang kedua setelah kamu.”

“aneh, yang kedua pasti yang paling gak dilihat, hidup di belakang bayang-bayang si nomor satu.”

fourth menyesap rokoknya. asap yang ia sudah isap ia kebulkan keatas, rasa manis bercampur pahit ia kecap dengan bahagia. “soalnya aku yakin kamu pasti berusaha jadiin aku yang paling dilihat orang, iya kan?”

gemini tertawa, fourth paling tahu bagaimana cara untuk menggoda. “kenapa harus nanya?”

“karena... butuh validasi kali ya?”

“sekarang gantian aku yang tanya, kenapa manusia haus validasi.”

“biar merdeka kayak negara!” rambut fourth ia acak-acak. dasar curang malah asal jawabnya.

keduanya hening kembali untuk beberapa saat.

“aku denger besok kamu mau survei lokasi ya buat perumahan yang mau kamu buat?”

gemini hanya mengangguk dan berniat memejamkan matanya sejenak. ia sudah cukup lelah sekarang. biarlah fourth yang terus mengoceh, ia hanya menjadi pendengar setianya saja.

“kamu jahat tau gak. kasian aku lihat mereka demo, rumahnya digusur malah diganti jadi perumahan orang kaya.”

gemini rasa fourth tidak akan membiarkan ia tidur walau hanya lima menit saja. “manusia jahat di cerita orang lain, tapi kan yang penting di cerita kamu, aku gak jahat?”

“dasar manusia apatis.” berbanding terbalik dengan kepalanya yang mulai bersandar di sebelah gemini. balkon mereka tidak ada kursi, hanya ada satu meja kecil. bukannya tidak mampu, tapi keduanya lebih suka menyatu dengan tanah, katanya. padahal mereka sedang tinggal di lantai teratas sebuah gedung lima puluh lantai.

“kamu tau? yang demo kebanyakan preman yang kehilangan lapak untuk mereka malak orang, pelacur yang bingung dimana dia bakal layanin pelanggannya, maling yang bingung diman dia bakal sembunyi dari polisi. aku cuman bantu supaya kawasan itu bebas dari penjahat kayak mereka.”

bagi fourth yang gemini sebutkan bukan penjahat. mereka hanyalah seonggok orang yang sedang berusaha bertahan hidup, mencari uang untuk sebungkus nasi. semua manusia itu pelacur. tapi barang yang diperjual belikan berbeda pula.

“yaudah aku yang demo, jadi kamu gak bakal cap semua yang demo adalah penjahat.”

“oke, tapi satu ucapan yang keluar dari mulut kamu sama dengan satu ciuman ya sayang.”

dulu, saat pertama kali fourth melihat foto yang diberikan oleh ibunya, fourth menghina penampilan gemini. foto pertama, gemini yang memakai jas hitam dengan dalaman kemeja putih, foto kedua, gemini yang memakai polo putih, dan foto ketiga, gemini yang lagi-lagi memakai baju putih. tapi, ketika fourth bertemu dengan gemini pertama kali, hinaan tadi berubah menjadi kekaguman.

gemini bukan lelaki yang ada di pikirannya selama ini. ia tidak memakai kacamata bulat dengan kaca setebal tutup botol, tidak juga yang setiap dua detik mengusak hidungnya yang berair.

“gak boleh curang suamiku...”

suamiku

kata yang selalu membuat dada gemini bergemuruh hebat. “kadang aku bingung, gimana ya supaya gak terlalu cinta gini sama kamu?”

fourth tertawa lebar.

“jangan terlalu cinta gemi, kalau aku pergi nanti semua cinta kamu aku bawa pergi loh.”

“mangkanya kamu jangan pergi jauh-jauh, supaya aku tetep bisa kejar.”

dua orang yang duduk bersandar pada tembok itu kini sibuk menggenggam tangan. menyalurkan rasa cinta yang tidak bisa diungkapkan.

pas dunk bilang di twitter kalau dia mau benci salah satu dari group idolanya, dia bohong. dunk masih membuka twitter yang biasa ia pakai dan teriak pas foto gemini di upload oleh salah satu fanbase besar-tempat biasa dunk mendapatkan info.

ya, walaupun disebelahnya ada idolanya yang lain juga. sebut saja joong archen. lelaki yang biasanya menjadi tempat gemini mengutarakan apa yang ada di hatinya.

keduanya duduk di koridor kos tempat dunk tinggal. duduk diatas ubin putih tanpa alas apapun membuat bagian tubuh bawah dunk agak menggigil. joong yang menyadarinya langsung membuka jaketnya dan menaruh diatas paha yang sebagiannya tertutup oleh celana pendek hitam polos.

“makasih joong,” dunk menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan langsung memfokuskan dirinya lagi ke hp guna menghentikan situasi aneh ini. dunk bahkan tidak pernah membayangkan ada dua artis yang mampir ke kosannya yang sangat amat berantakan.

“santai, btw gue tau lo dari lama loh...” joong gak bohong tapi ga sepenuhnya benar seratus persen. dia kenal dunk karena setiap fourth mampir pasti bakal pamit akan pulang ke kak dunknya, mau makan malam sama dunk, mau shopping sama dunk pokoknya semua tentang dunk.

“gue juga tau lo dari lama kok hehe.”

“kaget gak?”

dunk membalasnya dengan mengangguk cepat, “kaget banget kirain gue kedatengan uang kaget.”

“gue juga kaget kok,” lelaki yang sedang menggunakan beanie hitam itu lantas melihat dunk yang duduk tepat di sebelahnya.

“kaget kenapa?” dunk mengernyitkan dahinya, “iya lo manis gini, gemesin. kirain dunk tuh lebih ganteng dari gemini ternyata lebih gemes dari fourthnya sendiri.”

“astaga gue gak tau kalo joong tuh aslinya gini.” perkataan dunk memang sindiran tapi karena itu pun joong tertawa sangat lebar.

“serius ini loh, oh iya ini apa deh dunk?” tanya joong menunjuk satu buah tupperware yang tergeletak di depan mereka.

“oh ini risol buat danusan besok, takut kalo di dalem jadi objek lempar-lemparan mereka.”

“oh mau dong gue beli, kayaknya enak.” mendengar kata beli dunk sudah sangat bersemangat, tapi ia baru ingat. risol ini masih mentah belum digoreng.

“gue baru besok gorengnya joong, gimana ya?”

“yaudah minta nomor lo aja sini, gue mau pesen seratus biji soalnya.”

fourth memang baru mengenal gemini belum terlalu lama, mungkin satu bulan yang lalu? tapi ia tau kapan saatnya ia bergerak untuk memenangkan hati pria berzodiak yang sama dengan namanya tersebut.

alamat sudah ditangannya, hasil menanyakan ke beberapa teman dekat gemini, karena ia ingat saat tahun baru gemini menggelar pesta besar-besaran di rumahnya.

sebelum berangkat fourth sempatkan untuk membeli satu buah cake berukuran kecil. ja meminta dibungkus serapih mungkin dan ditambahkan ornamen seperti pita dan segala macamnya.

pukul lima lebih dua puluh fourth sudah sampai komplek dimana rumah gemini berada. fourth meneguk ludahnya kasar, rumah-rumah di komplek perumahan ini sangat besar dan terasa mengintimidasi. sebenarnya perumahan dimana ia tinggal juga banyak rumah mewah tapi rasanya memiliki aura yang berbeda dengan komplek ini.

“mau cari siapa dek?” tanya satpam yang berjaga di depan komplek. fourth menjawab dengan cepat, “keluarga thiticharoenrak pak.”

“oh temannya gemini ya?” fourth mengangguk, kebetulan hari ini ia membawa mobil dari kosnya, jadi tidak terlalu sulit dengan barang-barang yang ia bawa.

fourth akhirnya dipersilahkan masuk dengan meninggalkan kartu identitas miliknya. ia akhirnya memarkirkan mobilnya di sebuah rumah berwarna putih yang sangat megah, di garasinya juga terparkir beberapa mobil yang ia yakini itu milik gemini semua— karena beberapa kali fourth diantar jemput di kosan miliknya.

setelah memarkirkan mobilnya fourth berjalan memencet bel yang terpasang di samping kotak surat. beberapa menit menunggu, ada wanita yang sudah agak tua berlari dari dalam rumah dan membuka pagar yang tinggi itu.

“fourth ya? den gemini tadi udah pesen katanya bukain aja kalo temennya datang.” wanita itu berucap dengan ramah setelah mempersilahkan fourth untuk masuk.

“iya bi, gemininya ada dimana ya?” tanya fourth setelah melangkah sampai teras. “tadi sih bibi liat dia di kamarnya, kasian si aden ibu sama bapak pergi keluar kota padahal dia lagi ulang tahun.” kalimat terakhir diucapkan sang bibi dengan pelan.

fourth tersenyum kecil, “oke aku keatas ya bi.”

fourth melangkah menyusuri tangga yang melingkar menuju lantai dua, kata bibi kamar gemini ada tepat disebelah balkon yang ada di rumah itu.

sebelum masuk ke kamar yang dituju fourth buru-buru membuka cake dan memasang lilin lilin kecil yang akan ditiup nanti.

tok tok tok

pintu dibuka tidak lama setelah fourth mengetuk, “happy birthday gemi!” ucap fourth dengan nada ceria. yang sedang ulang tahun terkikik, baru kali ini ulang tahun sangat menyenangkan bagi dirinya.

gemini terlahir menjadi anak tunggal dari pasangan alpha. gemini bergelimang harta tapi tidak dengan kasih sayang. kedua orangtua lelaki itu sangat keras mendidiknya, sejak kecil ia sudah dibebani oleh banyak ekspektasi orang sekitar, mulai dari keluarga terdekat hingga masyarakat. maklum saja kedua orangtua gemini memiliki jabatan penting di clan terbesar di negeri ini.

gemini tidak pernah dibahagiakan, ia yang harus membahagiakan orang-orang.

“kok ngelamun? ayo make a wish dulu!” tapi sekarang ia bahagia, omega kecil di depannya ini membawa kebahagiaan yang baru baginya.

“tuhan aku mau sebahagia ini terus, terimakasih udah kirimin dia buat aku hari ini.”

setelah berdoa gemini meniup lilin yang menyalah. ia tersenyum lebar, “makasih ya fourth.”

keduanya kini sudah duduk di sofa kamar gemini. kue yang tadi berada di tangan fourth sudah berpindah ke meja kecil yang ada di kamar ini.

mata gemini melihat pita yang menjuntai dari kemasan kue yang tadi fourth bawa. ia menarik tali pita tersebut, “fourth coba liat kesini.”

fourth mendongak, pipinya ditangkup, tali pita tadi diikatkan oleh gemini di poni milik fourth.

“makasih kadonya ya fourth.” wajah fourth memerah, rambutnya diacak-acak masih lengkap dengan pita biru yang bertengger di atas kepalanya.

fourth berhasil dibawa gemini ke tempat tinggalnya, sebuah dorm di daerah jakarta pusat. selama perjalanan tidak ada yang mau membuka suaranya, baik fourth juga gemini. keduanya berhasil mempertahankan egonya masing-masing.

“ayo,” tangan gemini semulanya ingin menggenggam tangan fourth namun tangan itu buru-buru ditepis. pria yang sekarang memakai hoodie hitam dan masker hitam itu keluar dari mobil dan mengeratkan tangannya memeluk dirinya sendiri.

sendiri tanpa siapa-siapa itu lebih baik kan?

fourth bukan berasal dari keluarga harmonis, memiliki kedua orangtua yang sering bertengkar, belum lagi ia dipaksa dewasa sejak memiliki 3 adik di umur kesepuluh. maka dari itu tawaran gemini beberapa waktu silam sangat menggoda fourth. berapacaran dengan gemini memang tidak mudah. beberapa kali mereka berkencan pada tengah malam ketika semua orang sudah tertidur. apalagi kalau dirasa dibuntuti oleh media, biasanya gemini akan pulang duluan dan akan meninggalkan fourth sendiri.

sesampainya di dorm, yang terdengar pertama adalah suara gemini yang memberitahu bahwa semua member sedang memiliki jadwalnya masing-masing.

“aku kemarin foto buat cover sama pemain lain, ara ajak aku foto. habis itu aku pergi makan malam sama kru, pemain drama yang aku bakal bintangi. gak tau kenapa tiba-tiba bisa muncul berita yang kayak gitu,” fourth tau, gemini jujur. tetapi bahkan bukan pada poin itu kenapa ia bisa marah kepada gemini.

beberapa saat hening, meninggalkan gemini yang menghela nafas kasar. beban yang ia tanggung sudah berat. apalagi ditambah dengan masalah tadi pagi. kalau boleh egois gemini hanya ingin berjalan dengan santai tanpa peralatan yang membantu penyembunyian identitasnya. memakan gulali dan berpergian ke taman bermain bersama kekasih, menonton dan berfoto. hanya itu.

“kenapa gak kamu batalin? kan aku duluan yang ajak kamu pergi?” alis gemini mengerut, tanda ia tidak setuju. fourth yang tau pasti akan ada pertengkaran diantara mereka sehabis ini langsung memalingkan wajahnya.

“kamu gila? aku bahkan gapunya kuasa fourth buat batalin ajakan makan itu,” bukan itu jawaban harapan fourth.

“kamu tuh gemini, kenapa kamu bilang gapunya kuasa atas pilihan kamu sendiri? emang kamu tuh robot yang diciptain agensi? kan enggak?”

fourth tertawa sarkas, “oh, apa aku ada di opsi kedua di setiap pilihan kamu ya?”

“aku gapernah bilang kamu opsi kedua ya! dan ya aku baru masuk dunia per-aktingan. aku bukan siapa-siapa disini, lagipula kamu kan tau konsekuensi pacaran sama aku kenapa hal kecl kayak gini kamu permasalahin?” suara gemini semakin meninggi. suara yang meninggi fourth tidak suka, karena bisa membuat tubuhnya gemetar. bayangan tentang bagaimana papanya membentak ia saat kecil muncul.

air mata fourth bahkan sudah meluncur bebas, “aku dibiarin kedinginan sampe basah kena hujan itu hal kecil buat kamu? kamu aneh.” ia sedikit terisak akhirnya, cairan yang keluar dari hidungnya ditarik lagi hingga tercipta bunyi.

“aku kan udah bilang dulu kalo aku gak ada kabar langsung pulang aja, kamu aja yang pelupa, ngambek kayak anak kecil begini.”

tepat ketika gemini menyelesaikan omongannya, fourth langsung mengambil tas kecil yang tadi ia bawa dan ditaruh di meja depan sofa, “selalu aja gini, kalau ada masalah pasti kamu menghindar gak mau nyelesaiinnya. emang bener kamu masih kayak anak kecil, kayak orang-orang bilang.”

tadinya fourth ingin keluar dan pulang dengan tenang tapi perkataan tadi membuat dadanya bergemuruh lagi, kok jadi dia yang disalahkan disini?

“IYA AKU MASIH ANAK KECIL DAN GAK PANTES PACARAN SAMA BINTANG YANG TINGGI BANGET KEDUDUKANNYA KAYAK KAMU.”

“FOURTH NATTAWAT DUDUK, KAMU MAU KEMANA?” tangan gemini dengan cepat meraih fourth yang hendak membuka pintu utama dormnya. bisa gemini rasakan kulit seputih susu itu sangat panas, tangannya pun reflek memegang kening fourth dan benar dugaannya. fourth demam.

“astaga kamu panas banget, kamu demam?”

“lepasin gemi brengsek, aku udah gak mau ngomong sama kamu lagi!”

tepat setelah itu pintu dibanting dan meninggalkan gemini seorang diri yang terduduk bersender. bodoh harusnya jangan bentak fourth...

fourth dengan cepat langsung menekan kode pin yang diberi kak mix tadi pagi. dirinya terlampau takut apabila ketahuan oleh orang lain karena berkunjung ke dorm sang idola, eightee. mengingat maraknya budaya stalking entah dari fans hingga media.

setelah berhasil masuk ia langsung saja menekan saklar lampu dan menghela nafas ketika melihat keadaan dorm group milik kekasihnya dalam keadaan berantakan. sampai ia bingung, ini dorm manusia atau kandang hewan?

beberapa celana boxer terlihat menggantung di kipas angin, kaus kaki berada di pantry dapur, dan masih banyak kekacauan lainnya. ah, kak phuwin belum sempet beres beres kali ya? yaudah deh aku aja.

sebelum membereskan ruangan yang berantakan ini, fourth sempatkan untuk melihat keadaan sang kekasih di kamarnya. saat membuka pintu kamar, aroma khas gemini langsung semerbak tercium.

dan benar saja di dalam sana ada gemini yang terbaring dengan bye bye fever di keningnya juga ada tisu yang menyumpal hidung. sepertinya kekasihnya masih tertidur, jadi tidak ada salahnya kan bersihin dorm mereka terlebih dulu?

dengan cepat ia membuka jaket hitam yang ia pakai dan menyisahkan baju sweater biru pemberian kekasihnya bulan lalu. bekal sup yang tadi ia bawa juga sudah ditata rapih di meja makan. kalau-kalau gemini bangun sebentar lagi.

***

ketika fourth sudah menyelesaikan semua acara mari bersih-bersih, gemini keluar dari kamarnya dan berjalan dengan gontai masih lengkap dengan bye bye fever tadi juga dengan tisunya.

“sayang? aku kok ga dibangunin pas kamu dateng?” gemini yang terkejut langsung memeluk fourth dengan erat.

fourth tertawa kecil dan menepuk punggung yang yang lebih tinggi darinya. ia mendongak sedikit dan mengusap pipi pacarnya sebentar sebelum mengecek apakah suhu di badannya sudah turun atau belum.

“masih hangat, kamu mau makan sup? aku bawain, habis itu minum obat ya? kata kak mix kamu ga mau minum obat.” dengan iseng ya menjawil hidung kekasihnya.

gemini hanya mendengus pelan, “iyaaaa, tapi suapin ya. janji habis itu mimik obat.”

“hehe lucu banget sih gemiii. ayo makan dulu kamu pasti laper kan,” tangan fourth dengan mudahnya menarik gemini dan mendudukannya tepat di kursi meja makan. di depannya sudah tertata makanan yang tadi fourth bawa, ada sup ayam jahe resep dari neneknya, ada juga nasi putih karena sesuai dengan dugaan fourth nasi bahkan berasnya saja habis di dorm mereka.

gemini menahan tangan fourth, menarik dengan sisa tenaga yang ia punya dan berhasil membuat fourth duduk menyamping diatas kedua pahanya, “iii gemi jangan nakal! lagi sakit juga.”

“hehe, chup dulu ayang. kita udah gak ketemu lamaaaaa banget,” fourth lalu mencubit pipinya pelan dan langsung mencium pipi gemini, cepat.

“udah, ayo makan. terus nanti minum obat, lap lap badan ya? biar bobonya enak.”

“huum,” kekasihnya mengangguk.

***

tangan fourth dengan telaten mengusap tangan juga badan atas gemini dengan handuk hangat yang ia siapkan tadi.

“makasih yang,” ucap gemini setelah fourth selesai mengganti atasan piyamanya.

“aku taruh handuk dulu ya, sama buang air baskomnya nanti aku kesini lagi oke?”

“gak mau kamu disini aja,” rengek gemini. fourth hampir lupa, sifat manja kekasih hatinya akan bertambah beribu-ribu kali lipat dari biasanya.

“gemi, kamar mandi aja di dalam kamar kamu. masa aku harus taruh baskom disini sih? nanti basah kasurnya... sebentar ya?”

setelah merasa ada anggukan dari kekasihnya ia langsung kearah kamar mandi dan cepat cepat membereskan semuanya.

“ayo bobo,” saklar lampu dimatikan dan menyisahkan lampu kecil disamping kasur. fourth membawa tubuh kecilnya kesamping gemini, menyamankan pelukannya dan mencium kening gemini dengan sayang.

“get well soon, gemi. aku kasih chup disini biar pusingnya ilang hihi.”

gemini panik bukan main, ketika ponselnya berbunyi berkali-kali. untungnya dia sedang beristirahat di gedung belakang restoran tempat dia bekerja karena adanya pergantian shift. untungnya lagi tempat ia berada tidak terlalu jauh dari rumah sakit yang dikirim oleh tetangga kanan kontrakannya, bang mark.

beberapa kali motor mio keluaran lama miliknya hampir menyerempet beberapa kendaraan lain yang malah menjadi keributan di jalanan.

yang penting ia sampai. yang penting ia bisa melihat fourth. yang penting keduanya selamat.

saat sudah sampai motornya ia parkirkan asal. siapa juga yang akan memarkir dengan rapih dan sejajar kalau ada bayi yang menunggu ayahnya datang kan?

gemini masih dengan seragamnya, warna kuning dengan celana merah lengkap dengan topi yang sudah asal menyangkut di kepalanya.

langkah besarnya membuat gemini dengan cepat bergerak dari lobby sampai ruang persalinan. di depan ruangan sudah ada bang mark lengkap dengan teman-teman fourth yang bermuka cemas juga pucat.

“fourth dimana?” gemini panik. kenapa semua pucat? apa suaminya baik-baik aja? apa dia terlambat?

“gemi, fourth harus op. kita nunggu persetujuan dari lo.”

tubuh gemini rasanya lunglai, syukur ia belum terlambat. fourth masih disini. masalah biaya mungkin ia akan pikirkan nanti. untuk sekarang yang terpenting fourth selamat.

“sekarang gue harus kemana?” tanyanya penuh kebingungan.


setelah mengurus segala hal yang sudah tidak gemini ingat apa saja. operasi pun dilaksanakan.

gemini tidak bisa duduk. tidak bisa juga hanya diam berdiri di tempat. rasanya ia ingin mendobrak pintu ruangan dan memeluk fourth di dalam sana.

hampir satu jam. pintu itu akhirnya terbuka, beberapa orang keluar. termasuk dokter yang menangani fourth.

semua orang lantas langsung berdiri dan mengerubungin dokter seperti fans yang ingin bertemu idolanya.

dokter menjelaskan, semuanya aman, fourth dalam tahap pemulihan, sedangkan anak yang ditunggu semua orang sedang diperiksa oleh perawat.

lega. satu kata yang bisa menggambarkan hati gemini sekarang ini. ucapan selamat datang dari semuanya.

bukan sepantasnya “selamat” diganti menjadi “semangat” dalam kasus mereka?


fourth sudah tersadar, sesekali fourth meringis, perutnya terasa asing. ia akhirnya hanya bersandar sambil sesekali disuapi buah oleh gemini.

gemini juga sudah rapih. tidak berpenampilan “compang-camping” seperti tadi.

“masih sakit?” ucapnya khawatir. fourth masih lemas, tapi nada bicara gemini gemas sekali sampai ia tertawa kecil.

fourth hanya menggeleng tapi juga mengangguk, mengundang rengekan dari sang suami.

keduanya ditinggalkan oleh teman-temannya, katanya mereka lapar, belum sempat makan. penampilan mereka juga tidak kalah berantakannya. prom masih dengan piyama bergambar ayam yang sangat memalukan, winny dengan kaos partainya, ford dengan wajah setengah tertidur (baru bangun tidur siang), satang salah memakai sepatu (kaki satunya memakai sendal), captain datang dengan sheet mask yang masih menempel di wajah, dan tetangga mereka, bang mark, yang paling berantakan, rambutnya acak-acakan habis ditarik oleh fourth, sekitar mulutnya masih ada sisa busa pasta gigi, dan bajunya yang robek sana sini karena asal memilih.

kedua orangtua mereka sudah dihubungi dan mungkin sekarang sudah dekat dengan rumah sakit.

“GEMI KOK BARU BILANG MAMI SEKARANG?”

kan.

kamar mendadak heboh, yang pertama datang mami dan papi gemini. beberapa saat kemudian bunda dan ayah datang dengan wajah panik.

fourth merasa dirinya emosional sekarang, bundanya masih seperti beberapa bulan lalu tidak ada yang berubah.

“bunda…” baru ingin menangis, pintu kamar diketuk. perawat menyapa dengan ramah, bayi yang ada digendongannya diperlihatkan satu-satu ke semua orang yang ada di ruangan.

apa itu bayinya?

“adek bayinya mau ketemu papanya nih, kangen katanya. mau digendong?”

tangisan yang awalnya wujud kangen ke bunda, berganti, menjadi tangisan bahagia. itu benar anaknya.

“selamat terlahir di dunia dedek him. semua orang berbahagia atas kelahiranmu. terutama ayah dan papa.”


fourth tidak tau bahwa acara berpergian keluarganya yang mendadak ini (menurutnya) ternyata sudah terencana sejak awal.

tadi sepulang papanya dari kantor, ia berkata akan mengajak bunda dan dirinya untuk makan malam di sebuah tempat yang menurut fourth cukup mewah di daerah sana. tanpa berpikir lagi, langsung fourth iyakan dengan semangat. kapan lagi kan akan makan malam mewah?

tapi ia salah, makan malam itu bukan sekedar makan malam biasa. malam ini ia dikenalkan oleh seorang lelaki yang umurnya sepantaran, ia tinggi, tampan, seperti anak baik-baik.

gemini namanya, nama yang cukup aneh. buat apa zodiak yang terkenal memberikan kesan buruk itu malah dijadikan nama?

“oalah ganteng ya anakmu jeng sekarang, dulu kayaknya pertama ketemu dia masih segini. eh sekarang bahkan lebih tinggi dari fourth.” basa-basi yang dilakukan oleh bunda fourth itu memanjang, sampai di titik fourth muak mendengar kata ekspansi bisnis dan bekerja sama membuat anakan perusahaan yang baru.

gemini, lelaki itu terlihat menimpali, sesekali juga ia terkekeh saat mendengar candaan yang dilontarkan oleh papa fourth.

sedangkan dirinya hanya mengaduk soup yang menjadi makanan pembuka di malam ini. fourth memang tidak berbakat dan tidak mau ikut campur di bidang yang ditekuni oleh keluarga besarnya ini. omongan dari a-z yang sedang menjadi topik utama pembicaraan pun, ia tidak paham sama sekali.

tetapi seketika topik itu berubah, saat semua orang sadar bahwa kedua anak remaja itu sedang bertatapan satu sama lain.

“fourth, bunda gak tau kapan bisa hidup terus disini sama kamu…” lirih bunda.

kemudian bunda pun melanjutkan lagi, “bunda mau kamu hidup sama orang yang tepat, yang bisa bunda percaya disini. maaf ya sayang, mungkin bunda sama papa mendadak kasih taunya ke kamu tentang hal ini. mau kan kamu nikah sama gemini?”

fourth melirik sekilas kearah gemini, ia tenang seperti air di danau. tatapannya sangat dalam hingga membuat bulu kuduk merinding seketika, tetapi fourth tidak bisa mengartikan tatapan itu, senenarnya ia benci dengan segala hal gila ini atau tidak?

fourth menatap semua orang yang ada disana, meja bundar ini menjadi saksi bagaimana fourth seperti di sidang setelah melakukan kejahatan yang tidak bisa diampuni.

“iya mau… lagipula aku gak bisa kan untuk nolak?” suaranya mengecil, ia menunduk. sorak bahagia keluar dari mulut bunda, papa, mami dan papi.

tetapi kemana suara gemini?

fourth mendongak, ia langsung melihat kearah gemini, lelaki itu sedang tersenyum manis kearahnya.

baru ingin bertanya tetapi tiba-tiba, ada tangan yang mengusap kepalan tangannya dari bawah taplak meja. tangan itu besar dan hangat, “terimakasih.”

satu-satunya kalimat yang terlontar dari gemini kepada fourth saat itu.


sejujurnya fourth bukanlah orang yang akan canggung jika bertemu dengan orang baru, ia biasanya langsung melontarkan candaan nyeleneh yang bisa membuat lawan bicaranya tertawa.

tetapi kali ini berbeda, ia hanya menatap gemini sesekali dan seterusnya hanya melihat pemanandangan malam ibukota dari jendela. tadi pun gemini sempat memberikan bunga mawar merah yang masih segar, fourth hanya menggenggam bucket bunga itu dengan erat.

“fourth,” panggilan dari gemini sontak membuat fourth menatap lurus ke depan.

lelaki itu sedang menopang pipi dengan satu tangannya, seolah sedaritadi ia hanya memandang fourth seorang.

“ya?” gugup, fourth menatap balik kearah gemini.

“let’s discuss about the things we had earlier.” suara gemini tegas namun tetap ada kesan lembut yang membuat fourth merasa disayangi.

gemini menghela nafas dan tersenyum, “fourth, aku juga sama kayak kamu. takut. aku gak peduli tentang cemoohan orang. tapi aku takut malah bikin kamu gak nyaman di hubungan kita yang kayak gini.”

“dari sisi manapun menikah dibawah umur duapuluh tahun tidak disaranin, karena aku sendiri belum bisa dikatakan dalam keadaan financial stable dan emotional stable. aku cuman mahasiswa biasa yang lagi nempuh pendidikan di semester tiga.”

fourth tidak tau sama sekali arah omongan ini mau dibawa kemana, ia hanya mengangguk tetapi tidak tau arah.

tangan fourth di genggam lagi, “fourth, i really want to make this work. aku tau ini pemikiran kayak naif banget, but i really believe, once you’re marriage there isn’t button to brings you back again. i personally, want to know you more than this. aku mau dengar pendapatmu boleh?”

fourth kelu ia tidak bisa menjawab. walau gemini menunggu beberapa saat pun lidahnya masih kelu.

“it’s okay kalau kamu gak bisa jawab. jangan dipaksain fourth, aku cuman mau dengar pendapat dari kamu—”

“i also want this work, i want to know you more too. disini bukan kamu aja yang berpikir kayak gitu gemini, aku juga. aku– minta maaf ya karena daritadi diam. aku bingung harus mulai darimana semuanya, ini kayak mendadak. kamu, perjodohan ini, tanggal pernikahan nanti. aku gak tau harus mulai darimana…”

“should we start again?”

“okay, i’ll go first. hi fourth, aku gemini. kebetulan zodiak ku juga gemini, but the things you should know i never been in any relationship before.”

“hi gemi, is it i allowed to calls you that? aku fourth, cuman cowok pengangguran yang lagi nikmatin masa gap year sambil belajar buat masuk kuliah tahun ini. and i don’t do well with relationships too, so it’s okay, we can learn together tho.”

senyuman mengembang dari keduanya, mereka berceloteh mengenai segala hal, bahkan hingga tempat makan yang mereka singgahi akan tutup.

fourth juga melupakan janjinya kepada ford.

neo masih memegang handphone dan juga di tangan yang satu memegang sapu, jaga-jaga kalau si objek yang ia takuti keluar dari kamarnya.

“aduh gimana ya? gue mesti gimana?” monolognya, kaki neo tidak bisa diam. ia terlampau takut. takut kalau kecoa besar di temboknya masuk ke dalam koper yang masih terbuka atau malah tidak keluar dari kamarnya.

keberisikan neo rupanya mengundang rasa penasaran orang yang tinggal di sebelah kamarnya, pakin.

ia keluar niatnya hanya ingin tau dan selanjutnya mungkin ia akan berpura-pura ke kamar mandi atau dapur.

tetapi melihat kerisauan neo, membuat pakin tergerak hatinya untuk sekedar bertanya.

“ada apa? kok diluar?” pertanyaan singkat namun dibalas dengan tatapan penuh harapan dari lelaki yang masih memegang sapu itu.

ah masa bodo malu-maluin yang penting tuh kecoa gak ada di kamar!

“anu mas, ada kecoa di kamar saya boleh tolong ambilin gak?”

pakin rasanya ingin tertawa, badan sebesar ini takut sama kecoa?

pakin hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu melongok kearah kamar yang baru saja terisi itu.

“mana? oh yang di tembok ya? kamu ada semprotan gak?” neo hanya menggelengkan kepalanya.

pakin menengok ke belakang, “sini sapu kamu, aku matiin aja.”

“mas tapi saya bener-bener takut, nanti boleh tolong ambilin sekalian gak?”

pakin tidak kuat lagi, ia akhirnta tertawa dan mengangguk, “iya nanti diambilin, ada tisu kan?”

“ada.”

akhirnya beberapa menit kemudian di tangan pakin sudah ada kecoa yang sudah dibungkus tisu dengan rapih. ia membuang dan tidak lupa mencuci tangan setelahnya.

saat ia balik, neo masih menunggunya dengan tatapan yang sama. kagum.

“kenapa?” tanya pakin memastikan jika masih ada yang diperlukan neo lagi.

“nama masnya siapa?”

“mark pakin, panggil aja pakin. kamu siapa? masih kuliah ya?”

neo mengangguk, “iya mas masih kuliah, oh iya nama saya neo. maaf ya mas udah ganggu, sore-sore gini.”

“yaelah santai, eh kamu belum ada semprotan? mau pake punyaku dulu gak? ini tuh lagi musim hujan banyak kecoa yang muncul kalo disini.”

“boleh mas, sekalian minta no hp boleh? takut ada kecoa lagi di kamarku.”

biu berdiri di depan gerbang sekolahnya, masih banyak orang yang berlalu lalang yang membuat biu agak berdiri di pinggir— dekat pagar samping.

dirinya tidak sadar menjadi perhatian beberapa kakak kelas yang melintas. biu memang bisa dikatakan salah satu murid yang terkenal karena prestasi juga fisiknya.

biu putih, bersih, wajahnya gemas, dan paling terpenting dirinya sangat humble dengan semuanya.

tidak sekali atau dua kali dalam satu bulan biu akan mendapatkan pernyataan cinta, entah dari kakak kelas atau teman satu angkatannya.

“heh cil belum pulang?” sapa nodt yang berdiri di samping biu sambil memegang es cekek.

biu yang fokus ke hpnya langsung menengok kesamping, “hei nodt, iya lagi nunggu bible. yang lain mana? tumben ga sama na sama yang lain?”

nodt mengangguk, temannya ternyata sudah balikan. “biasalah, na kan sibuk bentar lagi osn. job sama bas paling lagi berantem dulu di kelas, kayak gak tau mereka aja.”

gantian biu yang mengangguk. tidak lama setelah itu, motor bible yang lumayan berisik muncul dari arah jalan raya.

semburat rona merah di pipinya muncul, bible tampan sekarang. melebihi semua anak yang ada di sekolahnya.

motor itu berhenti di depan biu dan nodt yang masih melongok, mereka ini masih kelas 1 sma loh? bisa-bisanya sudah memakai motor seperti ini?

bible membuka helmnya dan menyapa nodt.

“nodt duluan ya,” biu melambaikan tangannya dan bible juga ikut tersenyum. keduanya kini sudah pergi meninggalkan nodt yang masih melongok.

gila pacar biu sekaya itu ya ternyata?

***

“bible ah jangan ambil makanan aku terus!” rajuk biu.

sekarang keduanya tengah berada di salah satu mall besar dekat dengan daerah rumah bible.

“tuh pipi makin gembul kalo habisin semuanya,” goda bible yang mana langsung dibalas cubitan biu yang keras.

“aw aw sakit sayang.”

wajah biu memerah, walau sering dipanggil “sayang” oleh bible, tapi tetap rasanya asing dan menggelitik di perutnya.

tangan bible menarik biu ke salah satu toko barang high-end, bible ingat tempo hari pacarnya sering mentweet salah satu barang dari toko tersebut.

mangkanya ia inisiatif akan membelikan tanpa bertanya terlebih dahulu kepada biu. istilahnya peka sebelum diminta.

ya walaupun pasti pacarnya yang gemas ini tidak akan secara gamblang meminta.

“bible ngapain sih? ini kan mahal-mahal!” bisik biu, sepertinya ia lupa. kekasihnya bisa saja membeli keseluruhan mall ini jika ia mau.

bible tidak mengubris, ia memanggil salah satu karyawan dan meminta tolong mencarikan barang yang biu inginkan dari lama.

selang beberapa saat, satu tas berwarna hitam kecil sudah ada di genggaman bible.

“coba kamu cobain, kemarin aku habis liat ini. kayaknya cocok sama kamu by?”

biu yang melihat tas idamannya langsung melotot, ia tau ini mahal dan bible bisa membelinya, tapi tetap saja rasanya tidak enak.

“ah enggak mau bible, udah ayo keluar aja kita.” rengek biu.

bible menghela nafas dan tetap berakhir ia berdiri di kasir dan menyelesaikan pembayaran tas dengan harga fantastik itu.

biu yang melihat kekasihnya sedang membelikan tas kesukaannya langsung menunduk.

“yuk sayang,” panggil bible, tangannya yang kiri menggenggam tangan biu dan berjalan keluar toko.

“kamu lihat tweet aku kan pasti, bib anggep aja semua di tweet aku ngelantur gak usah beliin ginian buat aku…”

“tweet apa? aku kemarin emang lagi liat website mereka aja, terus liat model ini yang gambarin kamu banget. diterima ya sayang?”

biu cemberut, “jangan diulangin lagi cukup sekali oke?”

akhirnya biu setuju, “kamu mau pulau juga aku beliin kok sayang.”

“BIB!!!”

fourth masih asik dengan bacaan yang tertampil di tab miliknya. ia tidak menyadari bahwa handphonenya sudah dalam keadaan mati total.

terhitung sudah tiga cerita yang ia baca, yang kedua yang paling pilu. fourth tidak bisa berhenti menangis membacanya, untung tadi ia melihat cerita ketiga ini, yang sukses membuat dirinya tertawa lagi.

baru saja ingin melanjutkan bacaannya, pintu kamar kos milik fourth seperti ada yang menggedor. ia beranjak dari kasurnya malas, palingan itu prom yang ingin mengambil stock snack yang ia punya.

“snack gue ud- eh gemi kok disini?” fourth tidak bisa menyembuyikan rasa terkejutnya. tidak biasa gemini main ke kosnya tanpa bilang terlebih dahulu. baru ingin bertanya lagi, tubuhnya seperti dipeluk dengan erat dan pacarnya itu beberapa kali meminta maaf.

minta maaf untuk apa?

karena tidak ingin membuat keributan di lorong kosnya, gemini ditarik masuk dan ditenangkan diatas kasur milik fourth.

“ih kamu kenapa sih? kok nangis?” fourth menangkup rahang tegas milik kekasihnya ini. ia sesekali mengusap air mata yang turun dari mata gemini.

“kamu marah kan sama aku? maafin aku sayang, aku selalu cuekin kamu huhu.”

fourth bingung, sejak kapan ia marah dengan gemini?

“sebentar ih jangan nangis gemmmm. sejak kapan aku marah sama kamu hm?” tanya fourth sembari membenarkan gaya rambut gemini.

“t-tadi kata prom kamu nangis, pasti gara-gara aku kan? aku kurang perhatian sama kamu, kamu terus yang selalu berusaha supaya hubungan kita lancar.” ujar gemini dengan terbata-bata, dadanya masih sesak karena menangis.

“eh nangis? yaampun aku tuh lagi baca manhua gemm astaga,” fourth tidak bisa menyembunyikan gelak tawanya. bisa-bisanya kekasihnya yang cemerlang ini percaya dengan kata-kata prom.

“bohong.” ia merajuk lucu, fourth yang masih tertawa langsung menerjang pipi gemini dengan ciuman kecil.

“hih siapa yang bohong? nih aku kasih bukti kalau aku beneran habis baca-bacaan yang sedih!” fourth beranjak sedikit mengambil tab yang berada di samping kasurnya.

ia menunjukkan ke gemini bacaan yang sedang ia baca. gemini yang melihatnya langsung menunduk malu.

“kan udah aku bilang astaga gemesnya pacarku dan aku pengen sanggah, mana ada kamu no effort? aku inget banget kamu mau jagain aku pas lagi demam padahal mau ada rapat eval waktu itu dan kamu milih dihukum daripada harus ninggalin aku. oh terus aku inget juga kamu mau print in tugas aku sampai mesti kehujanan. itu udah sebuah effort banget loh buat aku, jadi jangan kepikiran ya kalo kamu gak ada effort. you’re worth it more than enough for me gem, i love you.”

“meskipun aku suka have fun sendiri?”

“heeum, kamu kan juga punya hak untuk senang-senang gak melulu dibebani sama pikiran kuliah dan organisasi. i’m okay with that, selagi kamu gak main belakang aja awas loh!”

gemini terkekeh kemudian tersenyum lebar, memang mencintai fourth tidak salah.