tags : *stranger to lovers, soulamte, romance, fluff, age-switch.
orang-orang sering berkata, jodoh itu jangan dicari, nanti juga datang sendiri.
memang sih kalimat itu terkadang ada benarnya, seperti apo yang bertemu soulmatenya saat sedang menjadi tour-guide dadakan demi mencari uang jajan tambahan. desa mereka memang masih sangat asri, banyak pemandangan dan destinasi yang bisa menjadi tempat untuk berwisata. tidak hanya turis asing, banyak juga turis lokal yang berlomba-lomba mengunjungi desa mereka untuk berlibur. karena belum adanya seseorang yang mau mengelola desa ini menjadi tempat wisata, tour-guide sangat terbatas. maka tidak heran kalau ada banyak anak muda yang menjadi tour-guide dadakan untuk memenuhi permintaan pasar.
kembali ke apo yang saat itu masih berumur delapan belas tahun tidak mengerti apa yang terjadi dengan angka di pergelangan tangannya. angka yang menunjukan jarak antara dirinya juga sang soulmate tiba-tiba menghilang begitu saja. sontak hal tersebut membuat geger circle pertemanan mereka saat itu. namun hal tersebut tidak berlangsung lama, salah satu anak rombongan dari ibukota (yang jauh dari desa ini) tiba-tiba menghampiri dirinya dan berkata bahwa mereka berdua adalah soulmate. dan benar saja saat tangan mereka disatukan tanda itu muncul, tanda khusus apabila kita sudah bertemu dengan soulmate.
biu yang mendengar cerita apo pada saat itu merengut kesal. angka yang berada di pergelangan tangannya masih menunjukan jarak yang cukup jauh, yakni seribu seratus kilo meter. bagaimana dia bisa bertemu dengan soulmatenya dengan cepat kalau begini caranya? ditambah dirinya yang merupakan cowok desa yang jarang keluar (pergi ke kota besar). bahkan hal ini dapat dihitung jari. kesibukannya yang menjaga adik juga membantu ibu dan bapaknya bekerja di kebun membuat dia sedikit tidak bisa menikmati masa muda. mangkanya saat mendapat tawaran untuk berkuliah diluar daerahnya, biu sangat semangat. ibu dan bapak awalnya ragu, anak sulungnya akan mendapatkan pergaulan yang bebas diluar sana. namun, pendapat ini dipatahkan oleh pamannya yang berkata bahwa biu akan baik-baik saja disana.
maka dari itu, sekarang biu sudah berada di stasiun yang terdekat dari desanya. ia diantar oleh ibu, bapak, adik, dan juga sahabat-sahabatnya. jam menunjukkan pukul sembilan pagi, dan pengumuman akan jadwal pemberangkatan keretanya sudah berbunyi.
“biu, hati-hati ya nak disana,” biu mengangguk patuh, dilihatnya wajah ibu dan bapak yang menahan sedih, anak sulungnya akan pergi dalam waktu yang lama, merantau ke daerah orang.
biu langsung memeluk keduanya, adik-adiknya yang masih kecil juga ikut memeluk kaki biu (karena tidak sampai untuk memeluk badan biu). biu yang melihatnya hanya tertawa dan langsung mengangkat mereka satu persatu.
“gak boleh bandel ya, nanti kakak gak bawain permen.” adik-adiknya mengangguk patuh.
sekarang giliran sahabat-sahabat dari biu yang bergantian memeluknya, ada apo yang sudah berlinang air mata, bas yang memeluknya sangat erat, dan ada us yang membawa banyak paper bag—berisi baju buatannya yang dikhususkan untuk biu.
“jangan lupain gue ya, nanti kalo udah ketemu soulmate lu jangan lupa cerita.”
biu hanya tertawa mendengar petuah dari apo, dia lalu tersenyum dan berjalan menjauhi rombongan dari desa yang mengantarnya.
dia berjalan dengan mantap sambil menggeret koper dan membawa segala tas yang ia bawa.
tubuhnya ia bawa memasuki gerbong kereta, tangannya dengan sibuk mencari nomor kursi yang sudah ia pesan dari jauh-jauh hari. setelah sampai di kursi yang ia tuju, biu segera menaruh koper di kabin. ia duduk menyamankan dirinya yang terlalu lelah.
biu menatap pergelangan tangannya, angka yang menunjukkan jaraknya dengan sang soulmate terus mendekat dan menjauh. biu mengerjapkan matanya beberapa kali dan mulai berpikir berarti soulmatenya ada disini, ya?
lima ratus tiga puluh tiga meter lagi.
jantungnya tiba-tiba berdegub dengan kencang, tangannya berkeringat dingin. biu menghela nafas dan mulai menutup mata—untuk melewati gugup yang ia terima.
***
untuk penumpang yang kami hormati, sesaat lagi kereta api akan diberangkatkan dari stasiun yogyakarta menuju stasiun gambir dengan nomor kai satu satu satu tiga sembilan, dan masinis yang bertugas adalah bible wichapas dengan asisten masinis ta nannakun. rangkaian terdiri dari dua belas gerbong, sekian kami ucapkan terimakasih.
announcement berbunyi berbarengan dengan bible yang sudah mengaktifkan segala persisteman kereta agar kendaraan itu bisa berangkat. ta, sang asisten masinis juga sudah membantu bible untuk mengecek dan memberi aba-aba kapan mereka bisa mulai menjalankan kereta.
keduanya mengucapkan doa dalam hati. sementara tangan bible yang masih sibuk. akhirnya kereta mulai berangkat, berjalan dengan mulus tanpa ada hambatan apapun.
mereka menghela nafas lega, bible mulai fokus dalam perjalanan dinasnya kali ini sedangkan ta setia memberikan semboyan yang berlaku dalam perjalanan kai.
tetapi ia kehilangan fokus kala melihat tanda jarak soulmate yang ada di pergelangan tangan si masinis.
“bang, itu tangan lo,” ta menutup mulutnya tidak percaya. dia tau bagaimana frustasinya bible ketika melihat tanda jarak yang ia punya sangatlah jauh. ia tidak tau dimana soulmatenya berada. apa berada di negara yang berbeda? atau pulau yang berbeda juga.
namun kali ini tangannya menunjukkan jarak yang tidak sampai dua ratus meter.
bible tersenyum sambil tetap menjalankan rangkaian gerbong kereta, “gue juga kaget pas tau tinggal berapa meter lagi,” ia kemudian melihat lagi kearah pergelangan tangannya. “i finally found him or her, udah sepuluh tahun gue nunggu.”
“bang gue terharu banget,” respon ta yang mulai mengusap matanya yang mengeluarkan air mata, terharu.
“udah ah lebay, ayo kerja dulu yang bener.”
bible tersenyum sepanjang perjalanan, mungkin ini adalah perjalan dinas yang paling ia ingat dan sangat menyenangkan.
***
“dek, kenapa gugup?” suara renta yang berasal dari samping kursi biu membuat cowok muda itu menoleh. terlihat ada seorang wanita paruh baya yang sedang tersenyum kearahnya.
“eumm baru mau ngerantau bu,” jawab biu dengan sopan. wanita itu kemudian tertawa dan mengeratkan jaket yang ia pakai. udara di dalam kereta memang dingin, selain karena pendingin yang ada, cuaca diluar sedang hujan.
wanita itu menunjuk pergelangan tangan biu, “bukan karena itu?” tanyanya. biu menggaruk rambutnya yang tak gatal, ia hanya terkekeh malu dan mencoba menyembunyikan angka yang terpampang nyata disana.
“hehe, salah satunya ini bu.”
wanita itu bersandar dan mulai bercerita bagaimana ia juga awalnya sangat gugup saat mengetahui jarak dengan soulmatenya yang tidak begitu jauh. suaminya, yang sekarang sudah meninggal, dulunya adalah seorang tukang service perabotan rumah yang baru saja pindah ke daerahnya. pertemuan awal mereka terjadi karena kulkas yang ia miliki tidak dingin lagi. saat bertemu keduanya tidak sadar bahwa tanda itu sudah hilang. namun saat ingin membayar keduanya sadar dan langsung menyatukkan tangan mereka, dan benar saja, semua seperti magic degupan yang tadi tidak ada, tiba-tiba ada begitu saja.
“pertemuan dengan soulmate memang tidak pernah gagal membuat tersenyum saat mengingatnya. kamu jangan gugup, kalau sudah waktunya bertemu pasti perasaan cinta itu datang begitu saja,” nasihat yang biu terima dibalas oleh anggukan olehnya.
apa benar, soulmatenya bakal suka dengan cowok desa seperti dirinya?
biu mulai menyederkan kepalanya ke jendela, ia melihat pemandangan akan gelapnya hujan diluar. ia menghela nafas lagi, “mungkin ada benernya juga kata ibu ini.”
***
“bang, lo mau langsung balik?” tanya ta. perjalanan dinas keduanya sudah berakhir, tidak ada hambatan apapun selama perjalanan selain cuaca yang tidak menentu. ta meregangkan badan, pegal juga duduk kurang lebih delapan jam.
bible menggeleng, “no, gue mau ketemu soulmate gue. jaraknya makin deket kalau gue kebelakang.”
ta yang mendengr itu langsung tersenyum lebar dan mulai memukul bahu bible dengan gemas.
“bang sumpah nanti kasih salam ya ke soulmate lo, jangan lupa juga traktirannya.”
bible hanya menggeleng dan segera pamit untuk ke belakang sambil menyapa pramugari kereta yang sudah bekerja dengan baik.
***
biu sudah keringat dingin di bangkunya. satu persatu penumpang sudah keluar, namun ada juga yang masih bersantai di dalam. termasuk dirinya.
telapak tangannya sudah berkeringat. ia memutuskan untuk berdiri. angka yang berada di pergelangan tangannya menunjukkan jarak yang semakin dekat (tidak sampai seratus meter).
tangannya buru-buru mengambil koper dan tas bawaannya yang berada di kabin kereta. setidaknya ia menyiapkan ancang-ancang untuk kabur jika sang soulmate sudah berada di belakangnya.
namun terdapat kendala saat ia mau mengambil kopernya. roda koper itu tersangkut, membuat dirinya kesusahan untuk mengambilnya.
biu sudah mengumpat dalam hati, ketika mengetahui angka yang ada semakin dekat lagi. dirinya sudah pasrah apabila soulmatenya benar-benar ada didekatnya.
suara langkah yang mendekat membuat biu menunduk dan mulai memejamkan matanya.
please jangan kesini, please nanti aja ketemunya.
“maaf dek, kopernya gak bisa diambil ya? mau saya bantu ambilkan?”
biu nyaris ingin pingsan saat mendengar suara itu.
biu meyakinkan dirinya untuk mengangkat wajah dan membuka mata untuk melihat bagaimana rupa soulmatenya. ia sangat terkejut ketika melihat sosok dengan rambut hitam legam, mata yang melihatnya dengan tajam, kulit yang sangat putih, dan tidak lupa tubuhnya yang berbalut dengan seragam masinis.
bible mengernyit sebelum membawa pandangannya kearah pergelangan tangan yang sudah tidak ada angka-angka seperti tadi.
ia refleks melihat biu kembali dan tersenyum lebar, akhirnya kita ketemu.
“halo saya bible wichapas, masinis kamu yang tadi bawa kereta ini selamat sampai tujuan,” nafas biu seperti berhenti sejenak sebelum menenangkan dirinya sendiri dalam hati.
“h-halo aku biu,” biu langsung menunduk lagi, melihat wajah lelaki di depannya terlalu lama membuat dadanya tidak bisa dikontrol degupannya.
bible yang melihat gerak-gerik gugup milik biu hanya bisa tertawa. ia membawa tangannya mengusak rambut biu sebelum mengangkat koper milik biu yang masih tersangkut di kabin atas.
“gemesnya, mau tunggu saya dulu gak? habis itu saya antar. tunggu depan foodcourt ya?”
biu mengangguk menyanggupi. ia berlari kecil sambil menggeret kopernya dengan buru-buru.
bible yang memandanginya hanya menggeleng dan mengulum senyumnya, “astaga jodoh gue adek gemes.”
myuffins, 2022.