biu mengetuk kamar bible sebelum dia masuk untuk sekedar melihat luka yang terdapat di wajah sang kekasih.
terlihat bible yang sedang memeluk lututnya sambil melihat kearah luar jendela. wajahnya terpancar penyesalan, terlebih lagi bible menangis sambil menggigit bibirnya beberapa kali.
saat bible menyadari bahwa biu ada di ruangan yang sama olehnya, ia bangkit. memeluk tubuh mungil biu yang terbalutkan sweater hitam dan celana tidur. tanganny juga masih memegang kotak P3K.
“i’m sorry, by. i’m sorry,” ucap bible penuh sesal. biu bisa merasakan ada air mata yang merembes di bagian bahunya. ketika hatinya ingin luluh, perkataan bible tempo waktu teringat lagi. membuat biu melepaskan pelukan itu dan sedikit mendorong bible untuk menjauh.
tanpa berkata apapun biu mendorong bible hingga ia duduk di pinggiran kasur. kemudian biu menarik satu sofa kecil untuk dihadapkan kearah bible.
“by ngomong, jangan diemin aku…” ucap bible lirih. tangannya terulur untuk meraih dan menggenggam tangan biu, namun dengan cepat tangan bible ditangkis. meninggalkan ekspresi sedih yang ditunjukkan secara terang-terangan.
biu mulai membuka kotak P3K tersebut. ia mulai menuangkan alkohol keatas kapas dan mulai menempelkannya kearah luka yang dimiliki bible. alhasil bible meringis kesakitan menahan perih yang ada.
terakhir biu menempelkan beberapa plester ke wajah bible. setelah dirasa semua lukanya sudah terobati, biu segera menaruh kembali segala obat yang tadi dipakai ke dalam kotak.
baru saja biu ingin beranjak, bible dengan cepat menarik biu. biu akhirnya terduduk menyamping di atas kakinya. biu mengerjapkan matanya lucu. baru ingin protes, bible sudah memeluknya lagi. mau tidak mau ia hanya bisa menghela nafas dan sesekali menepuk bahu bible.
“minta maaf sama ko perth, mami, dan papi. kamu tau gak gaji ko perth dipotong karena kamu?”
“hah?”
“it cause by you, bib. harusnya kamu merasa bersalah sama ko perth, bukan aku.”
tangisan bible semakin terdengar pilu. ia merasa bersalah kepada ko perth, harusnya dia tidak berbuat seperti kemarin. semua salahnya.
“can we take a break for a while bib? buktiin ke aku sampai kamu bisa berubah kayak kamu yang dulu, baru dateng lagi ke aku.”
“no, aku gak mau kita putus.”
“we won’t. i’m always be by your side bib, tapi buktiin ke aku dulu. jangan cuman ngomong.”
biu ingin bangkit namun cengkraman bible terlalu susah dilepaskan. “lepasin ya bib, lepasin aku sebentar aja.”
***
“tuan muda, sarapannya dimakan.” suara ko perth menginterupsi dirinya yang masih betah diposisi seperti kemarin. duduk di sofa sisi jendela dan menekuk kedua kakinya.
perth menghela nafas, ia tau tuannya sedang merasa bersalah. perth tau segalanya tentang bible, bahkan melebihi kedua orangtuanya.
bible terlahir di dunia dimana ia bisa memakan dengan sendok emas setiap harinya. walau begitu ada hal yang harus dikorbankan di dunianya. kedua orangtua bible jarang di rumah sedari ia kecil. sang papi sering pergi keluar kota untuk mengurus bisnisnya. dan mami yang selalu pulang malam dari kantornya.
bible kecil hanya bisa bermain dengan ko perth dari hari ke hari. namun ia tidak mempersalahkan itu papi dan maminya tetap dianggap pahlawan di kehidupannya.
saat beranjak dewasa, perth bisa memprediksi bahwa hal ini bisa terjadi. tuan mudanya mengeksplor warna baru yang ada di dunia lain, karena dunianya hanya ada warna hitam, putih, dan abu-abu—monoton.
perth menghampiri bible dan mulai mengusak rambutnya yang dibiarkan agak memanjang sekarang, “tuan muda, tidak apa-apa semua akan baik-baik saja. ada ko perth disini.”
“koko, it cause by me kan? gaji koko dipotong gara-gara aku kan? apa koko bakal keluar dari sini gara-gara aku?”
perth tersenyum dan menggeleng, “tidak akan terjadi, koko akan disini terus. karena tuan muda sudah koko anggap adik sendiri. jadi jangan merasa bersalah ya tuan muda.”
bible menghadap ke belakang dan langsung memeluk perth yang berdiri di belakangnya dengan erat.
tangisan kemarin malam berlanjut lagi, padahal matanya sudah membengkak. perth mengusap dan menepuk punggung bible dengan lembut. ia merasa sedikit deja vu hal ini sering terjadi dulu ketika bible masih berumur 4 tahun. bible takut akan monster yang katanya ada di bawah kasur dan lemari. mangkanya setiap malam perth harus bolak-balik menenangkan bible.
“habis nangis, gimana kita main ps seperti dulu tuan muda kecil? koko baru membelinya kemarin.”