satu (1)
wooseok masih menatap ponselnya dengan mata yang sedikit menyipit. akun sosial medianya daritadi berbunyi berkali kali, perkara dia hanya mencuit tentang opininya kepada penyanyi muda itu semua jadi runyam. padahal kan ia hanya beropini?
“hei, udah lama nunggunya belum?” tepukan tangan di bahunya membuat ia langsung menyimpan ponselnya di tas selempang yang ia pakai. wooseok tersenyum, terlalu jarang melihatnya tersenyum terkecuali ketika ia bersama orang yang special di hatinya.
wooseok menggeleng, “enggak, kamu udah selesai urusan sama si prof?” tanyanya. lelaki itu hanya tersenyum lebar dan membawa tangannya menggenggam tangan halus wooseok.
keduanya berjalan dengan hening, tanpa pembicaraan apapun, sebelum yang lebih tinggi membuka percakapan keduanya, “aku liat tweet kamu viral, kamu di dm sama dia?”
wooseok mengangguk dan mendongak kearah lelaki yang tingginya berbeda hampir 20 cm daripadanya.
“iya, tapi aku gasuka banget. orangnya aneh, cringe, aku bosen denger nama dia terus.”
rowoon, lelaki itu tertawa kecil dan memakaikan helm ke kepala wooseok yang kecil, “wah iya? padahal kan idola semua remaja dia tuh?”
“itu yang buat aku bosen, ih jangan ngomongin dia! ayo jadi ke toko buku dulu gak?”
“jadi, temenin ya sampe malem,” pintanya yang malah dibalas pelukan di perutnya. kepala wooseok pun sudah menyender di punggung rowoon yang nyaman.
di daerah lain, jinhyuk sedang menikmati segelas kopinya dengan tenang, senyumnya daritadi mengembang, perkara kejadian kemarin sampai sekarang ia tidak bisa berhenti tersenyum.
“eh kamu jadi gila ya hyuk sekarang?” suara seungyoun yang baru datang langsung memecah keheningan yang ada.
“hmm enggak tuh, ayo katanya lo mau kasih denger trialnya?” tatapan seungyoun masih menjudge jinhyuk, tetapi setelahnya ia membuka tasnya yang berisikan laptop.
suara lantunan instrumen musik dan suara merdu seungyoun terdengar, tidak lama hanya sekitar 1 menit lebih tetapi senyuman jinhyuk tambah mengembang lagi.
“coco, you did well. keren amat bisa bikin kayak gini? suaranya lo juga bagus,” pujian itu disertakan usapan tangan diatas rambut lembut seungyoun.
“hehe, bagus kan? diem diem ya mau publish pas anniv kedua sama si kakak.”
“sip, yuk makan dulu gue yang traktir,” ucap jinhyuk, mata seungyoun sudah berbinar dan ia langsung buru buru merapihkan tasnya.
“ey kamu tumben baik, pasti lagi seneng? gimana udah kenalan?”
dan ocehan seungyoun masih terdengar hingga restoran yang mereka tuju.