Asin
malam ini suara jangkrik mendominasi, jalanan begitu sepi—hanya terlihat dua tiga kendaraan yang lewat. tetapi hal ini tidak membuat takut pemuda yang masih asyik menatap langit sambil sesekali mengecek ponselnya.
“biu, is that you?” yang dipanggil menoleh, kaget. tepat dibelakangnya sudah ada pemuda yang mengambil perhatiannya beberapa bulan ini. dia memakai kacamata dan menggunakan kaos berwarna hitam, lengkap dengan sweatpants dengan warna senada.
bibirnya kaku sejenak, “e-eh bible, ngapain disini?” pertanyaan bodoh, biu merutuki dirinya sendiri.
bible terkekeh, ia sudah menyadari ada bekas air mata yang masih menghiasi pelupuk mata lelaki di hadapnnya ini. tapi dia memilih untuk diam.
“lo yang harus gue tanya, what are you doing in here. dingin loh biu, lo gak apa apa?”
biu menggeleng, “udah biasa. lo mau kemana?”
bible akhirnya mengambil tempat disamping biu, ia lalu melihat tas yang berada di bawah kakinya. mau kemana dia, udah malem gini?
biu yang menyadari arah pandang bible, langsung mengambil tas tersebut dan menempatkan di atas pahanya.
“gue mau beli makan, laper. lo mau ikut? bahaya sendirian disini,” jawabnya. namun lagi lagi biu menggeleng. merasa tidak puas dengan jawaban tersebut, bible mengerutkan dahinya.
“gak laper,” jawabnya yang berbanding terbalik dengan suara perut yang sudah meronta ronta untuk diisi.
“itu gak laper?” bible lalu mengusak rambut biu, sedikit merapihkan. “ayo, bills on me. disini ada nasi goreng langganan gue yang enak.”
“bang nasi goreng dua porsi–“ bible menoleh kearah biu, “pedes gak?”
“jangan, gak bisa makan pedes,” jawab biu, tak lama setelah itu bible kembali. menatap biu yang sedang menunduk sambil memainkan kulit kukunya yang mengelupas.
keduanya duduk sambil menikmati keheningan yang ada. mereka larut pada pikirannya masing masing.
“jangan dimainin gitu, nanti berdarah,” kata bible yang berhasil memecah keheningan yang ada. tangannya mengambil tangan biu dan mengecek apakah ada yang terluka atau tidak. sontak hal tersebut membuat biu terlonjak kaget.
biu yang agak salah tingkah langsung mengambil tangannya. ia yakin sekarang pipinya sudah merah padam.
“ah sorry bi, gue biasa sama adek kayak gitu soalnya,” ujar bible sambil menggaruk rambutnya yang tak gatal. bego ngapain kayak gitu sih bib?
“gak apa apa, thank you ya udah diingetin. gue suka mainin kulit kuku gitu soalnya.”
nasi goreng yang mereka pesan sudah berada di hadapan keduanya sekarang. baru ingin memakannya, ingatan tentang us dan asa kembali muncul dibenak biu. ia menghentikan gerakan sendok dan garpunya.
bible yang menyadari biu yang tertunduk kembali, langsung menoleh dan bertanya, “kenapa gak dimakan?”
biu yang ditanya seperti itu langsung buru buru memasukan nasi tersebut ke mulutnya dan mengunyah dengan lanbat. air mata yang sudah ada di pelupuknya turun begitu saja.
bible menyadari bahwa ada yang tidak beres disini, tapi dia memang siapa?
tangisan biu pecah. rasa gurih nasi goreng bercampur dengan air matanya yang masih turun dengan deras. “bible nasi gorengnya asin… garemnya kebanyakan kali ya?”
bible menghela nafas, ia memberikan kode kepada penjual nasi goreng tersebut untuk diam. untung disana hanya ada mereka bertiga. setidaknya saat biu sudah agak tenang, ia tidak akan malu karena menangis.
“iya ya, asin banget. nanti gue marahin abangnya, mau ganti aja?” biu menggeleng dan tetap melanjutkan makannya. “laper, tapi asin.”
bible pun membantu mengusap pipi biu dengan tisu—agar air mata tersebut tidak sampai ke mulutnya.
“udah ya makan dulu, nanti nangisnya lanjutin lagi.”