kiriman
rintik rintik hujan sudah mulai membasahi muka bumi. membuat lelaki berumur 26 tahun itu berlari sambil menutupi kepalanya menggunakan plastik belanjaan yang ia miliki.
kayaknya beneran ada yang aneh sama rumah, apa karena kemarin ya? pikirnya
mungkin kalau orang biasa yang lewat tidak akan merasakan perubahan dengan rumah bernomor 13 itu. tapi, di mata orang yang bisa melihat 'sesuatu' atau sering disebut indigo, rumah ini berbeda. aura suram terasa dan terlihat walau hanya melewatinya sedetik.
“jinhyuk aku pulang,” setelah itu wooseok bisa mendengar derap kaki dari tangga yang terdengar bising dan terburu buru.
“wooseok!”
tubuhnya langsung dipeluk erat, melupakan bahwa diantara mereka ada jinwoo yang melihat ayah dan papanya bingung.
“aduh bayi gede, kenapa sih? ada yang gangguin?” jinhyuk mengangguk, tangannya terasa dingin digenggaman wooseok.
“sebentar ya aku cek dulu. jinwoo jangan makan biskuit kebanyakan sayang, nanti kamu keburu kenyang.”
tangannya mengambil biskuit yang masih setia berada digenggaman sang anak, bibirnya mengecup pipi gembul berhiaskan remahan remahan manis.
kakinya ia bawa keatas, kamarnya. baru membuka pintu ia sudah disuguhkan dengan sosok hitam besar yang bermain main dengannya sejak kemarin.
“mau apa kesini? ada yang nyuruh kamu ya?” tanyanya santai, berjalan kearah meja riasnya dan mengambil kalung dari opanya.
ia mendengar geraman, sosoknya sudah berpindah tepat di depannya. baunya busuk, wajahnya seram, tinggi besar sekitar 2 meter. ia menyeringai seram, ada taring yang menghiasi mulutnya.
kamu ikut ke dunia kami
“untuk apa? aku kan bakal jadi budak di dunia kalian, mending kamu yang keluar dari rumah ini. disini banyak yang baik, mau aku panggilin penunggu paling besar disini?”
tidak ada yang bisa menandingi saya
wooseok yang sekarang menyeringai, di pintunya sudah ada 'penjaga' keluarga yang bersiap mengambil sosok penggangu di depannya ini.
geraman kesakitan juga teriakan melengking yang terdengar berat menggelegar di kamar utama rumah ini. beberapa detik kemudian sosok itu menghilang bersamaan dengan aura suram yang tiba tiba menghilang entah kemana. digantikan dengan aura nyaman juga tentram seperti biasanya.
“makasih.”