Dek Biu

Di tempat Bible bekerja sekarang sudah dipenuhi oleh banyak orang yang berseragam sama sepertinya. Ada yang bercengkrama, ada juga yang meneguk kopi hitamnya.

Jeff—teman seperjuangan Bible ( katanya ) memilih untuk bermain kartu uno dengan rekan kerjanya yang lain sebelum jam kerja kantor dimulai.

Itu si Bible ngapa mondar mandir mulu dah Jeff?

“Kata dia calon pacarnya udah gak on sejak seminggu lalu,” kata Jeff yang masih sibuk menyembunyikan kartunya dari teman rekan kerjanya yang ingin mengalahkan dia. Sesekali ia memukul kepala temannya yang ingin berbuat curang.

Kadang ia pusing untuk menghadapi kelakuan ajaib sahabatnya. Pernah sekali ia diajak bermain golf tapi yang dibawa malah alat pancing lengkap dengan peletnya. Meski begitu, memiliki seorang Bible di kehidupannya adalah sebuah keajaiban yang gak bakal ada duanya di dunia.

Wajah tampan tapi typingnya jelek, siapa lagi kalau bukan Bible?

“Idih najis, di ghosting itu mah!” sahut Job yang baru datang menenteng tas bergambar boboi miliknya. Yang kemudian disetujui oleh Jeff, “Kemarin gue udah bilang gitu. Katanya sesat.”

Hal itu membuat Bible menoleh kearah Jeff dan Job, setalah beberapa detik kemudian ia langsung menghela nafas dengan kasar. Mendengus, lalu mengacak rambut yang sudah ditatanya sejak subuh tadi.

Raut wajahnya mengeras, apa iya dia dicampakan? atau mungkin Job yang hanya mengada-ada?

Memang ya kisah cintanya tidak pernah semulus yang di film film. Beberapa tahun lalu, tepatnya hubungan percintaan terakhir seorang Bible. Ia harus menelan pil pahit saat mengetahui pacarnya yang malah berselingkuh dibelakangnya (katanya tidak bisa LDR).

Sebagian dari temannya yang lain langsung membawa Job menjauh, terdengar juga erangan sakit yang samar-samar di telinga Bible.

Jeff yang mengetahui suasana hati sahabatnya tidak baik langsung merangkul dan membawanya berkeliling.

“Yaelah cupu amat sih Bib, dah dia cuman lagi sibuk aja kali ya.”

“Kalau bukan ghosting kenapa gue chat gak dibales?” tanya Bible dengan seluruh perasaan sakit hatinya. Bibirnya ia majukan yang lalu malah dipukul keras oleh Jeff.

Bible meringis pelan mengusap bibirnya yang sepertinya akan bengkak kalau tidak segera diberi es batu untuk dikompres. Karena pukulan Jeff kerasnya bukan main. Wajar, ia rajin pergi melatih dan membentuk ototnya, beda dengan Bible yang hanya goleran di atas kasur sembari update tentang keadaannya ke sosial media.

Semua berkumpul, ada beberapa orang yang berpindah tugas kesini. Kita semua akan menyambutnya dengan hangat, agar mereka nyaman bekerja disini. Mengerti?

Lalu selanjutnya baik Bible juga Jeff mendekat kearah depan. Terlihat juga wajah wajah penasaran yang lainnya.

Katanya ada salah satu lulusan terbaik 5 tahun lalu!

Ada yang mantan selebgram itu bukan?

Gila, tadi sempat ketemu. Mukanya kayak porselen, maling juga mau aja kali serahin diri secara sukarela!

Sayup sayup terdengar gosip gosip yang keluar dari para mukut rekan sejawatnya. Heran gosip banget deh orang orang pikirnya

Baju coklatnya ia rapihkan agar tidak terlihat ada lecekan, biar begitu kesan pertama harus bagus bukan? Bible tidak ingin dianggap polisi begajulan oleh rekan kerjanya yang baru.

Satu lelaki keluar dari ruang atasannya, terlihat hidung bangir juga wajahnya yang tegas. Umurnya yang bisa Bible perkirakan sudah memasuki 30 tahunan.

Namanya Apo Nattawin ternyata, satu tingkat diatasnya—yang mungkin juga akan melaksanakan kenaikan pangkatnya menjadi AKP dua tiga tahun lagi.

“Ih ganteng dah, Bib? Kita kalah ini mah,” ucap Jeff yang berada disampingnya. Dibalas anggukan Bible, pendingin ruangan sekarang membuat dirinya agak mengigil. Suhu ruangan lebih dingin daripada sebelumnya. Aneh.

Laki-laki kedua yang keluar dari ruangan sukses membuat Bible menganga. Jantungnya seperti merosot dari puncak emas monas ke stasiun gambir. Diam seperti patung, hanya itu yang bisa ia lakukan. Tangannya juga kaku, walau hanya ingin menutup mulutnya yang masih menganga lebar.

Tidak berbeda dengan ekspresi yang lainnya. Entah karena, wajahnya atau fakta ia adalah lulusan terbaik 5 tahun lalu.

“Halo, perkenalkan saya IPTU Build Jakapan Puttha. Mohon kerjasamanya semua.”

Seperti dihantam truk tronton, Bible hanya ingin terduduk dan mengumpati kebadutan juga kebodohannya.

Dek Biu huhu, ini beneran Dek Biu?


Sebisa mungkin Bible tidak berhadapan dengan Biu selama bekerja tadi. Ia harus bersembunyi saat Biu berjalan, juga harus diam di tempat sambil menduduk—sok sibuk. Yang intinya ia harus terlihat sibuk hingga tidak ada celah untuk Biu mempermalukan dirinya disini.

Baru juga seminggu yang lalu Bible merenungi chat demi chat yang ia kirim dari awal bertemu dengan 'Dek Biu' yang memang harus Bible akui ia sedikit norak pada saat itu. Mungkin efek dari bertahun-tahun tidak mau memegang ponsel.

Tapi, dewi fortuna tidak berpihak pada Bible kali ini. Tepat di depannya ada Biu yang terengah seperti habis mengejar sesuatu. Wajahnya yang seputih susu sudah memerah karena berlarian di basement, tangannya ia taruh di pinggang mungilnya.

“Hai mas Bible, gak mau pamer sama dek Biu hihi,” ia tertawa kecil. Tapi rasanya sudah bisa membuat Bible seperti telanjang di hadapannya.

Bible selanjutnya hanya bisa menutup wajahnya dengan tangan miliknya sendiri. Menahan malu yang mungkin tidak akan selesai dalam 2 tahun lagi.

“Dek Biunya kangen nih, satu minggu gak chat sama mas Bible, karena hpnya kecemplung di air!”

Semakin-makin harga dirinya dihancurkan oleh sosok yang lebih mungil darinya. Apa Biu ini cuman polisi gadungan? Apa ini cuman kembaran dek Biu yang asli?

Pertanyaan demi pertanyaan muncul, yang mana selanjutnya ia merasa seperti dipeluk erat oleh sosok di depannya ini. Untungnya mereka berada di pojok basement yang gelap, jadi ya semoga gak bakal ketahuan dengan yang lain. Bisa mati kutu Bible.

“Ini bener dek Biu?” kata Bible hati hati, ia masih berharap kalau ini semua hanya mimpi.

“Huum, memang siapa lagi? Tapi kita tuh beda 6 tahun, jadi panggilnya sekarang kak Biu! Ngerti dek Bible?” pernyataan dari Biu membuat Bible semakin ingin menenggelamkan dirinya ke laut Ancol.

Biu semakin mengusakkan kepalanya nyaman di dada bidang Bible, as expected pelukannya hangat seperti senyumannya. Mungkin habis ini, bukan ide buruk menjalin hubungan dengan lelaki lebih muda jauh dari dirinya.

“Saya malu.”

Kalimat yang dilontarkan Bible membuat Biu tertawa keras. Sampai-sampai matanya mengeluarkan air mata.

“Aduh jangan tertawa, saya malu beneran.”

“Kenal Bible seperti ada hiburan tersendiri, walaupun harus nahan geli sih karena Bible typingnya kayak gitu banget! Tapi tenang nanti aku buat glow up mau?”

Bible terkekeh, “Kak Biu mau request typing ganteng juga saya sanggupi kok.”

Senyuman keduanya mengembang. Kesalahpahaman itu sudah hilang, meninggalkan dua insan yang siap membuka lembaran baru lagi dalam kehidupan percintaan mereka.

END